Saturday, 4 August 2012

You and Me



Tiap malam duduk seorang gadis cantik di meja makan yang begitu panjang, Ia hanya ditemani seorang maid. Orangtuanya begitu sibuk dengan bisnis masing-masing. Yah, gadis itu adalah aku. Akhirnya besok aku terbang ke Swiss, aku disekolahkan disana, karena orangtuaku tak ada waktu untuk mengurusku. Aku senang bisa tinggal bersama kakek dan nenekku, sudah tiga tahun aku tak bertemu dengan mereka. Aku mengaharapkan kasih sayang dari mereka.
Saat aku sampai di Swiss, tak ada yang menjemputku di bandara, aku sempat kecewa. Aku menaiki kereta selanjutnya, perjalanan dua jam itu terasa sangat lama. Saat aku sampai dirumah kakek dan nenekku, mereka menyambutku dengan hangat. Ternyata mereka lupa menjemputku. Aku lega, kupikir mereka tak senang aku datang. Keesokan harinya aku diantar ke sekolah di kota sebelah, disana aku mendaftar, sayangnya aku belum bisa sekolah, karena masih liburan musim panas selama tujuh minggu.
Kini sudah satu minggu aku tinggal di Swiss. Saat aku banggun tidur, aku mendapati nenekku sedang mengemasi pakaian ke dalam koper, ternyata kakek dan nenekku akan pergi berlibur ke Spanyol selama tiga minggu, Aku benar-benar terkejut, ternyata mereka menerimaku dengan terpaksa. Kupikir saat di Swiss kehidupanku yang bagai putri keluarga kaya yang kesepian bisa berubah menjadi gadis biasa yang disayang. Ternyata sama saja. Besok kakek dan nenekku akan pergi dan aku ditinggal sendiri, setidaknya aku bercukupan makanan dan diberi cukup uang. Hari-hari berlalu, tentu saja aku tak merasa bosan ataupun kesepian, karena tiap hari aku mampir ke kota sebelah, disana ada banyak tempat seru.
Hari ini sudah hari ke empat aku sendiri. Minggu siang yang panas, aku pergi ke halte bus terdekat menuju kota sebelah, tumben bus yang akan ku tumpangi terlambat. Tanpa pikir panjang akupun duduk dideretan ke tiga dari depan. Di pemberhatian selanjutnya bus berhenti, dan seorang cowo seumuranku muncul dan duduk di belakangku. Matanya biru dan rambutnya coklat. Tumben, saat dalam bus aku mengamati barang-barang penting yang sebelumnya tak kusadari, disana ada palu khusus untuk memecahkan kaca saat keadaan darurat dan ada juga tabung pemadam api serta barang-barang semacamnya yang tak sempat kuamati, dan ternyata pengamatanku itu adalah sebuah pertanda.
Jalan berkelok-kelok, terjal dan curam, disamping ada jurang yang lumayan dalam. Tiba-tiba bus yang kutumpangi itu tak berbelok dan tergelincir ke dalam jurang yang terjal itu. Saat bus itu sudah didasar jurang, aku melihat sekelilingku, aku menyadari luka di paha kiriku dan lengan kiriku, aku yakin luka itu harus dijahit. Aku melihat sekelilingku sekali lagi, beberapa orang membantu yang terluka parah atau pun yang pingsang. Aku melihat cowo yang duduk di belakangku itu setengah sadar, kakinya terjepit. Aku segera membantunya, dalam keadaan panik, gelap, bingung, aku berusaha melepasnya. Tak ada yang membantu, semua sedang panik membatu penumpang lainnya, ada pula yang menelfon polisi dan rumah sakit disana tak ada satupun rumah penduduk. Di dalam kesunyian itu terpecah sebuah keramaian dan kepanikan. Keadaan itu membuatku panik dan tak tahu harus bagaimana, air mataku mulai menetesi muka cowo tersebut, saat Ia terlepas aku membantunya keluar dari bus, padahal aku sendiri terluka, tapi aku tak merasakannya dalam keadaan panik tersebut, cowo itu masih setengan sadar, kepalanya berdarah. Semua sudah keluar dari bus dengan selamat, kecuali seorang nenek tua, tak ada yang menyadarinya, aku tahu dia masih didalam, karena dia duduk paling depan dan tak ada yang menyadari keberadaannya, bus mulai mengeluarkan tanda-tanda api, tanpa pikir panjang, aku segera berlari masuk ke dalam bis dan menggendong nenek itu, kakinya tak bisa berdiri. Karena beban, luka di kakiku semakin membuka dan darah mengalir keluar. Aku segera keluar bersama nenek itu, semua sudah menjauh dari bus, cowo itu melihatku yang kesusahan dan membatu kami menjauh dari bus itu, tak lama kemudian bus itu terbakar dan meledak, untungnya bus itu sudah kosong. Sambil menunggu pertolongan, aku mengikat lukaku dengan saputangan agar darah berhenti mengalir. Cowo itu melihat lukaku, ia terlihat panik. Tiba-tiba penglihatanku buram, dan kepalaku terasa berputar. Aku mendengar suara sirene ambulans. Kakiku melemah, tiba-tiba cowo itu mmenggendongku ke dalam ambulans. Penglihatanku makin buram dan suara sirene mulai tak jelas, jantungku berdetak kencang, aku sempat melihat wajah cowo itu sebelum penglihatanku gelap gulita.
Saat aku membuka mataku, aku menyadari bahwa aku sudah dirumah sakit. Seorang perawat mendatangiku dan segera memberiku makanan dan obat, Ia memberi tahu bahwa aku sudah tertidur selama dua hari karena shock. Beberapa saat kemudian muncul cowo itu dan menghampiriku. Namanya Flynn, Ia mengucapkan terima kasih karena aku telah menyelamatkannya. Untungnya luka di kepala Flynn tak begitu parah.
Akupun memutuskan untuk pulang, karena kucing nenekku dirumah sendiri. Saat aku hendak keluar kamar rumah sakit, Flynn menghampiriku dan Ia ingin mengantarku pulang. Awalnya aku menolak, tapi dia ingin menunjukkan rasa terima kasihnya. Dia membantuku berjalan, jahitan di kakiku harus benar-benarku jaga agar tak terbuka lagi. Kamipun pulang naik bus. Sampai dirumah, dia mengantarku sampai sofa di ruang tamu. Kami sangat lapar, Flynn segera memasak didapur rumahku. Aku bersyukur ada yang membantuku. Setelah masakannya siap, Dia membantuku duduk di meja makan, kami makan bersama. Masakannya sangat lezat, bagai di restaurant bintang lima. Kami bercanda ria dan saling bertukar cerita hidup. Ternyata cita-cita Flynn ingin menjadi koki profesional, kurasa itu sangat mungkin. Setelah kenyang, kami menonton televisi bersama, saat kutanya apa dia tak harus pulang dan apa keluarganya tak mencemaskannya, dia bilang tak apa, orang tuanya selalu sibuk dan jarang pulang. Dengan spontan aku menanyakan apa dia tak mau menginap saja. Ternyata dia mau, lagi-lagi Ia ingin menunjukkan rasa terimakasihnya. Kurasa Ia sudah cukup membantu.
Waktunya tidur, Aku menyuruhnya tidur di kamar kakek dan nenekku, tapi dia menolak, dia mau tidur di sofa, kebetulan disitu sudah ada bantal dan selimut. Saat aku ingin naik ke kamarku, dia membantuku naik tangga. Pagi akhirnya tiba, saat aku terbangun, aku mencium wangi makanan yang lezat. Flynn datang mengetuk pintu kamarku dan mengantarku ke meja makan, ternyata dia sudah menyiapkan sarapan yang benar-benar enak. Aku berterima kasih padanya. Kami berjalan-jalan untuk menghirup udara segar. Dia membantuku untuk berjalan. Saat hendak melewati taman bermain, kami di cegat tetanggaku. Emily adalah tetanggaku, umurnya dua tahun lebih muda dari ku. Emily mengira Flynn adalah pacarku, ternyata kami terlihat serasi. Sebelum pulang, kami mampir ke taman bermain, disana kami berbincang-bincang tentang kecelakaan itu.
Sudah dua minggu Flynn menginap dirumahku dan membantuku. Pada malam ke limabelas, saat kami menonton televisi, aku tertidur disebelah Flynn. Aku tak tahu apa yang terjadi setelah itu, tapi saat pagi aku sudah di atas ranjang dan Flynn tidur di lantai sebelah ranjangku. Flynn pasti menggendongku saat aku tidur. Ia masih tertidur, tanpa kusadari aku sudah mengelus pipinya yang mulus. Tiba-tiba kedua matanya terbuka, Ia segera memegang tanganku yang hendak ku jauhkan dari pipinya, aku benar-benar terkejut. Kedua matanya melihat mataku dengan tajam, waktu seolah terhenti. Akupun tak tahu harus berkata apa. Tiba-tiba Ia menarik kedua tanganku hingga aku jatuh ke pelukannya. Ternyata Flynn menyatakan cinta padaku, Aku sangat senang dan menerimanya. Flynn langsung menciumku.
Akhirnya hari untuk sekolah tiba, aku sedih karena akan jarang bertemu dengan Flynn karena jam sekolah begitu padat. Saat aku memasuki gerbang sekolah, aku dah Flynn berpapasan. Ternyata Flynn satu sekolah denganku, aku benar-benar bodoh karena tak menanyakan sekolahnya. Ternyata lagi, Kami satu kelas, bahkan satu bangku. Waktu yang kami habiskan bersama jadi lebih banyak di banding saat liburan. Ini semua sungguh tak terduga.
Setelah tiga tahun bersama, orangtuaku kembali ke Swiss dan melepas semua bisnisnya. Mereka merasa bersalah karena tak pernah ada waktu untukku. Aku dan Flynn pun saling mempertemukan orantua kami. Ternyata mereka adalah teman lama sekaligus rekan bisnis. Bukankah ini adalah ‘Happy End’. Yah, sekian dulu cerita ini, kalau kami akan menikah kalian pasti akan ku undang.

Tamat